Laman

Waktu Adalah Uang

Waktu Adalah Uang

Kata2 mutiara hari ini...

Senin, 16 Juli 2012

ANAK PUTUS SEKOLAH





JADI JUARA TERUS BUKAN JAMINAN BISA SEKOLAH TERUS

P
otret kemiskinan yang melanda Desa Sukokidul Kecamatan Pule Kab.Trenggalek Jawa timur berdampak sangat luar biasa, keinginan yang kuat dan prestasi yang baik pun ikut hancur tergerus oleh suasana kemiskinan yang menerpa.

Inilah yang dirasakan oleh salah satu murid Sekolah Menengah Tingkat Pertama Satu Atap Satu Pule, yang berlokasi di desa yang sangat terpencil itu, Dwi Setiani namanya, Anak ke dua dari pasangan Karni dan Sumini Rt.14 Rw.05 Dusun Krajan Desa Sukokidul Kecamatan Pule Kabupaten Trenggalek Jawa Timur. Kendati mulai dari Sekolah Dasar hingga SLTP menjadi juara satu terus, akan tetapi langkahnya untuk menggapai cita – cita jadi seorang dokter terhenti sudah. Ibarat katak merindukan rembulan itulah sekiranya kata – kata yang tepat untuk melukiskanya, bagaimana tidak walaupun keinginannya untuk sekolah sangat tinggi akan tetapi biaya sekolah dan biaya hidup yang mahal menghalanginya. Orang tua yang berprofesi sebagai petani mengaku tidak bisa membiayai anaknya untuk sekolah. Ketika kami temui kamarin beliau mengatakan “Sekolah ngantos SMP mawon niki pun ngantos ngos – ngosan pak, niki mawon dipun bantu deneng sederek –sederek ugi saking program pemerintah (Beasiswa saking Sekolah lan ugi PNPM Generasi Sehat Dan Cerdas Desa Sukokidul). Menawi teng SMA kulo merasa mboten kiat ngragati pak, amargi PNPM nopo inggih namung ngantos SMP bantuanipun, mboten saget ngantos SMA) lan ugi jarak sekolah SMA paling celak mawon inggih wonten 7 kilo pak. La ben dinten  niku nelas aken pinten pak? La tani meniko hasilipun namung saget medal setunggal tahun gih namung sepindah. Gih terpaksa anak kulo mboten kulo sekolahaken malih, nopo panjenengan bantu to pak? (Bahasa Jawa)
“Sekolah sampai SMP saja ini sudah sampai habis – habisan pak, ini saja dibantu oleh saudara – saudara dan juga dari program pemerintah (Beasiswa dari sekolah juga PNPM Generasi Sehat Dan Cerdas Desa Sukokidul) kalau ke SMA saya merasa tidak kuat membiayai pak, karena PNPM juga membantunya hanya sampai SMP saja, tidak sampai SMA dan juga jarak sekolah SMA yang paling dekat kurang lebih ada 7 Km pak. Trus setiap hari menghabiskan biaya berapa pak itu? Padahal petani itu hasilnya hanya bisa satu tahun sekali, ya terpaksa anak saya tidak saya sekolahkan lagi, apa bapak bantu to pak? Kata ibu setengah baya itu sambil tersenyum menghiba.
 

Foto: Dwi Setiani bersama ibu berpouse di depan rumahnya


Foto: Kondisi rumah Keluarga Dwi Setiani


Kini Dwi Setiani pasrah pada nasib walaupun tidak sekolah dia tetap semangat hidup untuk membantu orang tuanya bekerja, Walaupun dia sadar bahwa nasibnya tidak akan beda jauh dengan kakaknya yang setelah lulus SLTP harus menikah karena mau melanjutkan sekolah sudah tidak ada biaya lagi,akan tetapi semangat hidup dwi setiani masih tetap berkobar.

 Demikianlah sekelumit kisah yang dialami oleh  Dwi Setiani dan keluarganya yang tak kuasa mengahadapi kemiskinan yang menerpa keluarganya, dan saya yakin masih ada puluhan bahkan ratusan  anak – anak yang mengalami nasip serupa dengan Duwi Wiyani ini. Pertanyaanya apakah kita utamanya pemerintah akan diam saja melih kondisi seperti ini?.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar